Personal Success

“Let Go and Let God” BUKAN BERARTI “Tak Melakukan Apapun”

Artikel ini adalah lanjut dari artikel sebelumnya “Lakukan Prinsip Ini Saat Anda Ingin Meraih Goal Anda Lebih Cepat” dimana di artikel tersebut saya ada menjelaskan tentang pentingnya Anda memahami dan menerapkan prinsip Let Go and Let God agar Anda bisa meraih goal Anda dengan lebih cepat.

Nah tetapi, ada satu aspek penting dari prinsip ini yang ingin saya jelaskan lebih detil  agar tidak terjadi kesalah-pemahaman.

Let Go and Let God BUKAN berarti Anda TIDAK melakukan apapun!

donothingHal  ini sering terjadi pada kebanyakan orang yang kurang memahami makna ‘Let Go and Let God’. Seringkali mereka mengartikan prinsip ini dengan:

  • Mengurangi upaya yang diperlukan untuk meraih goal atau tujuan yang diinginkan.
  • Diam dan santai-santai saja, menunggu goal/impian nya datang sendiri.
  • Hanya melakukan rutinitas yang sudah terpola sebelumnya tanpa keinginan berinovasi dan perbaikan.

Contoh dari salah pemaknaan tersebut adalah ketika Anda mulai mengatakan hal-hal seperti :

  • Sudahlah saya pasrahkan saja pada Tuhan, toh saya sudah berusaha.
  • Percuma lah berusaha mengejar rejeki … kalau memang belum rejekinya ya pasti tak bakal dapat.
  • Syukuri saja gaji kecil yang sudah ada, jangan terlalu serakah. Tuhan pasti akan memberikan rejeki sesuai porsinya.
  • Dan kalimat-kalimat sejenisnya.

Kalimat-kalimat di atas bisa jadi sangat baik dan benar dan merupakan perwujudan rasa syukur dan berserah yang mendalam NAMUN bisa juga menjadi TAMENG untuk menutupi ketidakmampuan Anda atau bahkan rasa frustrasi karena telah berusaha tapi tak kunjung mendapatkan hasil sesuai harapan.

Seringkali yang terjadi adalah ketika menghadapi jalan buntu, Anda berdiam diri. Padahal yang harus dilakukan adalah Anda harus terus bergerak, walaupun sebuah langkah kecil yang tampak tak berarti. Anda perlu terus berupaya, terus berinovasi, terus menghadapi tantangan.

Tidak berupaya, menyerah atau berdiam diri bukanlah aplikasi dari prinsip ‘Let Go and Let God’ tapi itu lebih ke arah  sikap apatis atau bisa juga sikap putus asa. Jadi memang, ada batas yang tipis antara aplikasi ‘Let Go and Let God’ dengan sikap pasrah akibat putus asa.

Dari mana Anda tahu mana yang sedang terjadi ? Sebenarnya Anda-lah yang bisa menjawabnya sendiri dari lubuk hati yang paling dalam.

Dengarkan kata hati Anda, apakah Anda pasrah karena mengerti bahwa Anda telah berupaya semaksimal mungkin dan menerima semua hasil yang diberikan Tuhan atau Alam Semesta?

Ataukah Anda ‘pasrah’ karena Anda merasa frustasi dan putus asa karena hasil yang Anda inginkan tidak terjadi ?

Untuk lebih jelas tentang seperti apa seseorang yang mengaplikasikan prinsip ‘Let Go and Let God’, saya ingin menceritakan seseorang yang saya kenal baik.

Dia adalah seorang pria yang pada tahun 1999, memiliki impian punya deposito Rp 100 juta. Saat itu penghasilannya hanyalah Rp300.000 – Rp 400.000 per bulan dengan beban hutang puluhan juta rupiah. Saldo rekening di bank selama kurun waktu 5 tahun terakhir sejak ia bekerja tak pernah lebih dari Rp 500.000. Baginya impian memiliki deposito sebesar Rp 100 jut mungkin hanyalah sebuah harapan untuk membesarkan hati.

Pekerjaannya adalah guru les privat anak-anak SD dengan bayaran Rp 60.000 per bulan per anak. Itupun kadang juga lupa dibayar oleh orangtua murid sampai menunggak beberapa bulan dan ia sungkan untuk menagihnya.

Namun impian tersebut seringkali dilihatnya saat malam hari menjelang tidur untuk menutupi perasaan penat setelah seharian bekerja. Ia membaca buku impiannya sambil tersenyum hingga kelelahan dan tertidur.

Setiap kali membayangkan impiannya  untuk memiliki deposito Rp 100 juta, selalu muncul keraguan dan suara kecil dalam hatinya yang mengatakan “Apakah mungkin hal itu terjadi? Hutang saja ada begitu banyak”

Namun ia terus bekerja dan memasrahkan hasilnya pada Tuhan atau Alam Semesta. Baginya tak ada namanya putus asa ataupun berhenti. Yang ada hanyalah melaju terus dan membaca buku impian tiap malam sampai beberapa bulan ke depan. Ia selalu membuat rencana baru dan goal yang diperbarui terus setelah dicapai.

Awalnya ia mendapatkan bayaran Rp 60.000 per bulan per anak. Kemudian ia mencanangkan target Rp 100.000 per bulan per anak. Awalnya muridnya hanya 5 -8 orang dan itupun keluar masuk. Lalu ia menargetkan untuk menambah muridnya hingga menjadi 10 orang. Kedua target tersebut tercapai dan diperbarui dengan target lebih besar lagi.

Ia memusatkan perhatiannya pada proses untuk mendapatkan target-target kecil yang dibuatnya sendiri dan memasrahkan hasil akhirnya pada Tuhan. Apapun yang diraih disyukuri dan lalu dilakukan evaluasi untuk perbaikan kecil berikutnya.

Tanpa disadari waktu berjalan terus, seiring dengan itu tercapai kemajuan kecil-kecil yang diraihnya. Lima tahun berlalu, ternyata dia berhasil melunasi seluruh hutangnya dan bahkan impiannya untuk memiliki deposito Rp 100 juta sudah berhasil ia lampaui ditambah bonus-bonus lainnya.

Siapakah pria yang saya kenal baik itu?

Tidak lain dan tidak bukan, pria itu adalah orang yang menulis artikel yang sekarang sedang Anda baca ini :)

Akhir kata, saya ingin mengingatkan bahkan ketika Anda merasa langkah kecil Anda tampak tak ada gunanya, tapi hanya itu yang bisa Anda pikirkan untuk sementara waktu, TETAP LAKUKAN saja dengan penuh keyakinan!

Karena Anda tak akan pernah tahu apa yang terjadi setelah itu. Logika manusia terbatas pada data di otaknya. Logika Tuhan tak ada batasnya.

Demikianlah penjelasan lebih detil tentang ‘Let Go and Let God’ yang seringkali disalah artikan dengan diam atau tak melakukan upaya. Saya harapkan Anda menjadi lebih memahami hal ini dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari setelah membaca artikel ini.

Jika Anda punya pertanyaan ataupun pengalaman dalam menerapkan prinsip ‘Let Go and Let God’ ini,  silakan tulis di bawah ini sehingga teman-teman lain juga bisa mendapatkan pelajaran dari kasus nyata.

Salam Hebat Selalu untuk Anda,

Ariesandi S.
Peak Performance Coach

Join Our Signature and Changing Life Event @ Core Transformation Camp

2 Comments

  1. Dear Pak Ariesandi….mau tanya pak tp mungkin ga ada hubungannya dg artikel Bpk tsb. Begini Pak, setiap kali sy ingin relaksasi selalu ga jadi, ada aja, kerjakan ini dulu lah, baca ini dulu lah dsb…akhirnya sy ga jd relaksasi. koq sepertinya diri sy menolak untuk diajak relaksasi. ini gimana pak? apa yang harus sy lakukan? thanks atas jawabannya.

  2. Dear Pak Ariesandi….mau tanya pak tp mungkin ga ada hubungannya dg artikel Bpk tsb. Begini Pak, setiap kali sy ingin relaksasi selalu ga jadi, ada aja, kerjakan ini dulu lah, baca ini dulu lah dsb…akhirnya sy ga jd relaksasi. koq sepertinya diri sy menolak untuk diajak relaksasi. ini gimana pak? apa yang harus sy lakukan? thanks atas jawabannya.

Back to top button